TEMPO.CO, Mataram - Dulang kerap muncul dalam perhelatan adat di Pulau Lombok. Dulang, merupakan satu set nampan dan penutup untuk membawa aneka hidangan yang disajikan dalam acara adat.
Dulang biasanya bertutup tembolak merah, berisi makanan dan buah-buahan. Sementara air minum untuk teman bersantap dalam acara adat, diwadahi kendi tempat air minum yang terbuat dari tanah liat.
Kuliner di dalam umumnya berupa ayam panggang, gulai, bebalong, sate sayur, buah dan lainnya untuk dinikmati dengan cara begibung atau makan bersama
Dulang dan begibung merupakan bagian dari tradisi budaya Sasak di Lombok. Untuk melestarikanntya, Kamis 9 Januari 2020, di Desa Nyurlembang, ratusan warga melakukan festival mini Berapek Dulang Ganggas (menata nampan tinggi).
Sebanyak 26 dulang bertutup tembolak diparadekan oleh kaum perempuan Sasak di desa tersebut. Mereka mengenakan pakaian muslimah berbaris rapi diiringi kelompok tradisional gendang beliq.
Kegiatan festival mini Berapek Dulang Ganggas merupakan satu atraksi yang hampir selalu dilakukan dalam acara-acara budaya suku Sasak seperti saat merarik (perkawinan), khitanan, khataman al-Qur’an dan sebagainya.
Setelah selesai makan hidangan yang dibawa dengan dulang, wadah itu dirapikan kembali. Dok. Humas Pemkab Lombok
Menurut Kepala Desa Nyurlembang, Wardi Asmunandi, selain sebagai ajang silaturahmi antar lembaga desa yang ada di Desa Nyurlembang, kegiatan festival mini Berapek Dulang Ganggas ini menjadi salah satu upaya pemerintah melestarikan tradisi budaya yang ada. Festival ini merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap tahunnya.
"Ini cara mempertahankan budaya nenek moyang pada zaman dulu, khususnya di Desa Nyurlembang,” katanya.
Selain itu, kegiatan atraksi budaya ini juga sebagai ajang syukuran semua program pekerjaan fisik pada tahun 2019 di Desa Nyurlembang selesai dikerjakan. Sehingga apa yang dicita-citakan bersama terlaksana dengan baik.
Wardi Asmunandi menyebut usaha melestarikan budaya perlu dilanjutkan, karena setiap upacara keagamaan maupun adat masyarakat dulu selalu menggunakan dulang ganggas. Berapek Dulang Ganggas, jelasnya, mempunyai makna yang sangat sakral, mulai dari cara atau adab makan dengan sopan dan rapi.
"Dulang ganggas dibuka rapi, bila selesai pun kembali di rapikan. Itu bentuk kebersamaan tidak ada perbedaan," ujarnya.
Wakil Bupati Lombok Barat Sumiatun yang menghadiri festival tersebut mengatakan Desa Nyurlembang bisa menjadi contoh desa-desa lain, untuk melestarikan budaya dan tradisi unik yang dimiliki. Selain budaya, kata Sumiatun Lombok Barat juga memiliki wisata alam yang indah, baik berupa pantai, gunung, hutan, dan lain-lain.
"Semoga ke depan atraksi seperti ini bisa diadakan tiap tahunnya, karena inilah identitas kita, inilah budaya kita," katanya.
Dulang wadah makanan yang selalu ada dalam acara adat tradisional di Pulau Lombok. Dulang dihadirkan dalam festival mini Berapek Dulang Ganggas. Dok. Humas Pemkab Lombok
Ia menyebutkan atraksi budaya ini bisa membawa manfaat lain, yaitu sebagai wisata budaya, bahwa budaya-budaya yang dimiliki hendaknya mampu mendatangkan wisatawan. Dengan demikian manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat.
Sumiatun bersama Ketua Tim Penggerak PKK Khaeratun dan Ketua DPRD Lombok Barat Nur Hidayah bersama masyarakat kemudian menikmati suguhan dulang.
SUPRIYANTHO KHAFID
"tradisional" - Google Berita
January 09, 2020 at 07:15PM
https://ift.tt/2QEZRUq
Ini Rahasia Lain Dulang, Wadah Makanan Tradisional Pulau Lombok - Tempo
"tradisional" - Google Berita
https://ift.tt/36vD17m
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Rahasia Lain Dulang, Wadah Makanan Tradisional Pulau Lombok - Tempo"
Post a Comment