LAMPUNG – Keberadaan suku, agama dan budaya yang beragam menjadi ciri khas Desa Pasuruan, Lampung Selatan, yang terus dilestarikan melalui berbagai sanggar seni dan budaya.
Sumali, Kepala Desa Pasuruan, menyebut sejumlah kesenian dilestarikan di sanggar yang ada di desa tersebut. Sanggar kesenian yang tetap bertahan di desa tersebut meliputi Paguyuban Keluarga Yogyakarta (PKY).
Paguyuban tersebut menjadi tempat belajar kesenian tradisional asal Yogyakarta. Kesenian campursari dengan musik tradisional menjadi wahana berlatih sejumlah generasi muda. Latihan rutin pecinta campursari yang dilengkapi dengan panembromo.
Sanggar kesenian campursari asal Yogyakarta, menurutnya rutin berlatih sepekan tiga kali. Selain bagi orang dewasa, berlatih musik tradisional campursari menjadi ekstrakurikuler bagi siswa SDN 1 Pasuruan, yang ada di desa tersebut. Selain kesenian campursari PKY, sanggar kuda lumping Sari Budoyo juga dilestarikan.
“Kami memfasilitasi sejumlah pecinta kesenian tradisional campursari, kuda lumping khas Jawa Tengah, seni Sunda, Lampung, diberi ruang untuk berlatih di sanggar,” terang Sumali, Minggu (1/3/2020).
Menurutnya, sekolah ikut berperan dalam melestarikan sejumlah kesenian tradisional. Keberadaan TK hingga SMP di Desa Pasuruan ikut mendorong siswa berlatih sejumlah kesenian tradisional, seperti tarian Sigekh Pengunten, Sembah, Bedana, yang merupakan tarian khas Lampung.
Sanggar Sari Budoyo yang menjadi penaung grup kesenian kuda kepang, sekaligus melatih tari gambyong. Tari gambyong menurutnya dilestarikan di desa tersebut bagi generasi muda. Tari gambyong kerap ditampilkan pada penyambutan tamu saat acara pernikahan dan acara khusus lainnya.
“Pemberian ruang untuk berekpresi melestarikan seni, budaya, terus dilakukan agar kesenian tradisional tidak punah,” paparnya.
Sundari, salah satu pelaku seni di Desa Pasuruan, menyebut kesenian Jaipong khas Jawa Barat juga dilestarikan. Anggota PKK itu menyebut tarian Jaipong dikombinasikan dengan lagu untuk penampilan kepada para tamu.
Saat kegiatan lomba desa tingkat kabupaten Lamsel pada Selasa (25/2), tarian jaipong disertai lagu juga ditampilkan.
Selain tarian Jaipong, tarian Sigekh Pengunten dan tari gambyong terus dilatih di sanggar. Sundari menyebut, sejumlah tari tradisional tersebut harus tetap dipertahankan, terutama untuk generasi muda. Sebab kesenian tradisional yang saat ini ditampilkan hanya saat momen khusus.
Ezranda, salah satu penari gambyong menyebut sudah belajar tarian tersebut sejak dua tahun silam. Belajar pada sanggar Sari Budoyo, membuat ia bisa menguasai gerakan yang diajarkan.
Tarian gambyong tersebut menurutnya kerap ditampilkan pada kegiatan pernikahan,penyambutan tamu. Memiliki durasi penampilan sekitar 5 menit, tarian tersebut memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.
“Bersama dua penari lain, kami kerap berlatih setiap pekan di sanggar Sari Budoyo, untuk belajar tari gambyong, sebagian belajar kuda kepang,” cetus Ezranda.
Menari gambyong, menurut Ezranda sekaligus menjadi cara melestarikan tari tradisional. Dukungan dari desa kerap diberikan dengan penyediaan kostum, make up dan fasiltas lain. Selain bagi penari gambyong di sanggar Sari Budoyo, rekan lain yang belajar tarian Sigekh Pengunten, Bedana, Sembah juga mendapat dukungan serupa.
"tradisional" - Google Berita
March 01, 2020 at 10:53AM
https://ift.tt/2I6ktQ2
Desa Pasuruan di Lamsel Lestarikan Kesenian Tradisional - Cendana News
"tradisional" - Google Berita
https://ift.tt/36vD17m
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Desa Pasuruan di Lamsel Lestarikan Kesenian Tradisional - Cendana News"
Post a Comment