Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Beringharjo "Pager Raharjo" Yogyakarta, Ujun Junaedi mengaku, sudah sekitar sebulan sebagian pedagang di pasar Beringharjo menutup kios-kios mereka karena sepi pembeli.
"Mau diatur atau tidak diatur, kami tidak ada omzet," kata Ujun kepada CNNIndonesia.com, Selasa (20/4)
Sebenarnya hari-hari jelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi masa panen raya bagi para pedagang di pasar-pasar tradisional. Bahkan omzet penjualan di masa tersebut bisa untuk menutup biaya operasional selama minimal tujuh bulan.
"Kami kehilangan momentum panen raya itu," ucapnya.
Menurutnya, para pedagang saat ini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Terpaan krisis ekonomi global sebelum Covid-19 mewabah saja sudah membuat lesu para pelaku usaha. Sekarang kondisinya semakin memburuk dengan wabah tersebut masuk Indonesia.
Terlebih sejak pemerintah menerapkan kebijakan social distancing dan physical distancing sehingga membuat pasar semakin sepi pengunjung.
"Pada dasarnya kami mendukung kebijakan pemerintah. Namun, kebijakan itu belum mencakup kebutuhan kami secara keseluruhan," imbuhnya.
Berharap Pembebasan Biaya Retribusi
Ujun mengutarakan para pedagang berharap pemerintah mampu menekan lembaga-lembaga keuangan non pemerintah agar memberikan relaksasi ataupun restrukturisasi pembayaran angsuran modal usaha bagi para pedagang.
"Kami berharap Pemkot bisa memberi teguran atau tekanan kepada lembaga-lembaga keuangan agar memberikan satu tindakan atau langkah-langkah relaksasi itu," pintanya.
Ujun juga berharap Pemkot membebaskan biaya retribusi pasar sampai kondisi pasar kembali stabil. Pungutan retribusi yang harus dibayarkan per bulan mencapai jutaan rupiah.
|
Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengungkapkan 30 pasar tradisional diatur jam tutupnya. Sejumlah pasar tradisional mulai beroperasi pada pukul 09.00 - 12.00 WIB.
"Pasar Beringharjo sampai pukul 15.00 WIB, dan hanya pasar induk Giwangan yang tetap buka 24 jam," jelas Heroe kepada wartawan, Minggu (19/4).
Menurutnya, perbedaan jam tutup tersebut menyesuaikan karakter pasar yang berbeda. Misalnya, jenis barang yang dijual. Sekaligus sebagai upaya mengatur agar terjadi sebaran pembeli sehingga tidak menumpuk pada pasar di jam tertentu.
"Selama pandemi Corona, kami juga meniadakan pasar yang menyelenggarakan pasar di hari pasaran tertentu, seperti Pasar Legi diliburkan dulu. Tapi pasar yang reguler tetap beroperasi," imbuhnya.
Selain itu, lanjut Wakil Wali Kota Yogyakarta ini, pihaknya juga memfasilitasi transaksi dalam jaringan atau melalui whatsapp dan aplikasi yang bekerjasama dengan salah satu operator jasa layanan transportasi berbasis online.
|
Para pedagang pasar, kata Heroe, pada prinsipnya siap melayani transaksi melalui WA, termasuk dengan layanan aplikasi mitra, juga aplikasi 'Nglarisi' dan 'Dodolan' melalui sistem layanan di Jogja Smart Service (JSS).
"Di JSS, masyarakat juga bisa tahu harga kebutuhan pokok di Yogya. Nanti tinggal klik saja," ucapnya.
Tak hanya pasar tradisional, Pemkot Yogyakarta juga membatasi jam buka tutup toko berjejaring, cafe, dan resto guna mengurangi kerumunan dan kegiatan kumpul-kumpul yang berpotensi menyebarkan virus.
"Meskipun status pemkot Yogya adalah tanggap darurat bencana, tapi norma-norma PSBB juga dikuti agar sebaran virus Corona bisa kita putus," tutur Heroe. (sut/ptr)
"tradisional" - Google Berita
April 21, 2020 at 06:19AM
https://ift.tt/2KkMNPZ
Curhat Pedagang, Geliat Lebaran Tak Mampir di Beringharjo - CNN Indonesia
"tradisional" - Google Berita
https://ift.tt/36vD17m
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Curhat Pedagang, Geliat Lebaran Tak Mampir di Beringharjo - CNN Indonesia"
Post a Comment