Search

Sulitnya Menjaga Jarak di Pasar Tradisional – Bebas Akses - kompas.id

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Suasana antrean para pemegang Kartu Jakarta Pintar di Pasar Jatinegara, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Antrean tidak beraturan dan pembatasan sosial mustahil dilakukan. Namun, petugas keamanan akhirnya diturunkan untuk menertibkan pengantre.

Pembatasan sosial nyaris mustahil dilakukan di beberapa tempat, salah satunya pasar. Dengan luas area yang terbatas dan jumlah orang yang banyak, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain sulit terwujud. Para pengunjung pasar terpaksa melindungi diri seadanya, seperti mengenakan masker kain.

Puluhan perempuan dan laki-laki paruh baya memadati pos pelayanan Kartu Jakarta Pintar (KJP) di Pasar Jatinegara, Jakarta, Selasa (7/4/2020) pagi. Mereka tidak peduli jika harus berdesakan satu sama lain. Yang penting, mereka segera dilayani dan membawa pulang sejumlah bahan pangan, yakni 1 dus susu kemasan, 5 kilogram beras, 1 kilogram daging sapi, dan 1 ayam.

Mereka berdiri secara acak sehingga sempat mengganggu kendaraan yang hendak lewat. Beberapa lainnya memprotes petugas pos karena dirinya mengantre terlalu lama. Kendati sebagian besar pengantre mengenakan masker, pembatasan sosial tidak berlaku sebagaimana mestinya.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Suasana antrean para pemegang Kartu Jakarta Pintar di Pasar Jatinegara, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Antrean tidak beraturan dan pembatasan sosial mustahil dilakukan. Namun, petugas keamanan akhirnya diturunkan untuk menertibkan pengantre.

Siti Rohmah (55) adalah salah satu orang yang berbaur dengan kerumunan. Alat pelindung dirinya hanya masker dari kain. Risiko ini mau tidak mau ditempuh untuk meringankan ekonomi keluarganya.

”Kebetulan keluarga saya sedang tidak ada penghasilan karena suami sakit. Untuk antisipasi virus, saya akan langsung cuci tangan dan ganti baju begitu tiba di rumah. Ikuti imbauan pemerintah saja buat rajin cuci tangan,” kata Siti.

Baca juga : Jika Tak Ada Karantina, Warga DKI Berpotensi Berinteraksi dengan yang Positif Covid-19 dalam Seminggu

Ada 100 orang yang dilayani dalam sehari di pos pelayanan KJP Pasar Jatinegara. Pelayanan dilakukan sejak pukul 09.00 hingga pukul 14.00. Untuk mengantisipasi penyebaran virus korona baru, para pemegang KJP wajib mengenakan masker. Yang tidak bermasker tidak akan dilayani.

Menurut salah satu petugas, pihaknya berupaya membatasi jumlah warga yang datang dengan sistem ganjil-genap. Pemegang kartu KJP bernomor ganjil akan dilayani di tanggal ganjil, begitu pula sebaliknya. Namun, jumlah warga yang datang tidak pernah bisa diprediksi.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Suasana salah satu sudut Pasar Jatinegara, Jakarta, Selasa (7/4/2020).

Petugas keamanan diturunkan untuk menertibkan antrean. Warga diarahkan untuk mengantre di tempat yang lebih luas. Mereka juga wajib menjaga jarak minimal 1 meter.

Ani Supriani (49), warga Jakarta Timur, menjaga diri dengan mengikuti perintah petugas keamanan. Ia juga tidak melepaskan masker kainnya sama sekali. ”Setelah mendapat bantuan pangan, saya berencana langsung pulang, lalu cuci tangan, mandi, dan mencuci baju,” katanya.

Sudah Berlangganan? Silakan Masuk

Baca Berita Korona Terkini di Kompas.id, GRATIS

Harian Kompas berikan BEBAS AKSES untuk seluruh artikel di Kompas.id terkait virus korona.

Kebetulan keluarga saya sedang tidak ada penghasilan karena suami sakit. Untuk antisipasi virus, saya akan langsung cuci tangan dan ganti baju begitu tiba di rumah. Ikuti imbauan pemerintah saja buat rajin cuci tangan.

Adapun pemegang KJP lain, Novi (38), berupaya sebisa mungkin menghindari kerumunan. Ia mendaftarkan diri, mengambil nomor antrean, lalu segera mengarah ke area yang sepi sambil menunggu giliran.

Urusan perut

Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Derajad Widhyharto, mengatakan, aturan pembatasan sosial sulit dilakukan oleh masyarakat yang punya tuntutan beraktivitas di luar rumah, termasuk para pemegang kartu KJP. Pembatasan sosial diabaikan demi bisa memberi makan keluarganya.

”Ini adalah urusan perut. Suka atau tidak suka, beberapa orang menempuh risiko datang ke suatu lokasi dan berkerumun (demi mendapat bahan makanan). Masyarakat mengabaikan aturan karena pada dasarnya, manusia bertindak bebas sesuai pengalaman dan aturan yang mereka yakini,” kata Derajad.

Baca juga : Jika Pilih ”Herd Immunity”, Covid-19 Bisa Tewaskan 400.000 Jiwa di Jakarta

Menurut dia, pembatasan sosial hanya bisa dilakukan jika masyarakat memiliki kesadaran kolektif. Hal tersebut memicu kesepakatan untuk menjunjung pembatasan sosial selama pandemi berlangsung. Masyarakat pun terdorong untuk mematuhi aturan tersebut.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Suasana salah satu sudut Pasar Jatinegara, Jakarta, Selasa (7/4/2020).

Ia juga menekankan pentingnya melibatkan masyarakat dari skala RT dan RW untuk melakukan pembatasan sosial. Dengan ini, masyarakat dapat saling mengawasi dan pembatasan sosial terlaksana secara merata.

Berharap tegas

Pedagang alas kaki di Pasar Jatinegara, Dedi (32), berharap agar pemerintah tegas menyikapi pandemi Covid-19. Menurut dia, kebijakan yang selama ini berlaku tidak menyelesaikan masalah pandemi dan masalah susulannya, yakni ekonomi.

”Lebih baik lockdown (penutupan) sekalian. Menurut saya, kebijakan yang ada selama ini hanya memperpanjang suasana yang keruh. Jika aktivitas kami benar-benar dihentikan 2-3 minggu, saya yakin ke depannya kita bisa bangkit,” kata Dedi.

KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Seorang pemegang Kartu Jakarta Pintar membawa sejumlah bahan pangan setelah mengantre di Pasar Jatinegara, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Bahan pangan itu terdiri dari 5 kilogram beras, 1 kilogram daging sapi, 1 ayam, dan 1 dus susu kemasan.

Selama pandemi berlangsung, penjualan Dedi turun nyaris 90 persen. Ia menyiasati hal ini dengan berjualan secara daring. Namun, penjualan daring pun tidak menjanjikan karena para pelanggan menahan diri untuk membeli alas kaki darinya.

Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin meminta pengertian para pedagang terkait kondisi saat ini yang semakin parah. Ia mengimbau agar pedagang tetap mengutamakan keselamatan diri dan tidak memaksakan diri berjualan. Menurut dia, kesehatan lebih berharga dibandingkan dengan apa pun (Kompas, 6/4/2020).

Sementara itu, Pemprov DKI Jakarta mengajukan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang telah disetujui Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. PSBB merupakan respons atas kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit di suatu wilayah. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

Let's block ads! (Why?)



"tradisional" - Google Berita
April 07, 2020 at 07:45PM
https://ift.tt/2RhxDyY

Sulitnya Menjaga Jarak di Pasar Tradisional – Bebas Akses - kompas.id
"tradisional" - Google Berita
https://ift.tt/36vD17m
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sulitnya Menjaga Jarak di Pasar Tradisional – Bebas Akses - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.